DalamIslam, memuliakan tamu merupakan tindakan yang disunahkan.
Contohnya fasilitator perlu mendapatkan pandangan dan idea pelajar berkenaan dengan topik yang diajar. Islah syahrullah 06105241021 Adalah masa atau waktu yang digunakan untuk mendeskripsikan perubahan bentuk data menjadi informasi yang memiliki kegunaan (data processing is the term used to describe changes performed on data to produce
Adatujuh tahapan dalam dakwah fardiyah, yaitu: Membina hubungan dengan objek dakwah sebaik mungkin. Membangkitkan keimanan, tauhidullah atau keimanan yang sangat kokoh kepada Allah ta’ala. Membantu memperbaiki objek dakwah dengan ibadah yang diwajibkan dan amalan yang membuatnya selalu ingat kepada Allah.
Pesantrenini didirikan oleh Alumni Gontor. KH. Ma’sum. Sehingga beberapa aspek mengikuti Gontor, seperti kurikulum KMI, disiplin yang tinggi, sistem pendidikan modern, dan tidak lupa adalah bahasa komunikasi Arab dan Inggris. Pesantren Al Islah juga menambah porsi pendidikan. Setiap santri ketika lulus wajib menghafal Al Quran 8 Juz.
kedatanganBritish, setiap negeri atau wilayah di Semenanjung Tanah Melayu adalah diperintah bebas oleh sultan atau rajanya yang tersendiri. 27 Ekonomi mereka bersifat feudal,28 iaitu berasaskan kepada aktiviti pertanian dan kraf tangan, dengan rakyat sedia berkhidmat untuk pemerintah dan juga aktiviti percukaian berlaku ke atas mana-mana kegiatan
MasaKeamiran; Pada masa ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad.Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke Spanyol).
Masyarakat Islah penyebutan tentang masyarakat berasal dari Bahasa Inggris “Society”, Bahasa Latin “Socius”, dan Bahasa Arab “Syakara” Arti ini seolah-olah menunjukan dalam satu pengertian yakni kawan yang dapat mempengaruhi satu sama lainnya, mempengaruhi dalam hal postif ataupun di dalam hal negatif. Pengertian Masyarakat. Pengertian masyarakat
PengertianIKLAN Adalah: Manfaat, Tujuan, Ciri ciri, Jenis dan Contohnya. Agustus 7, 2022. Pengertian Iklan – Sering sekali kita mendengar kata iklan bahkan hampir setiap hari. Bagaimana tidak setiap hari dalam kehidupan kita pasti akan bertemu dengan iklan entah di televisi maupun di jalan raya. Dimanapun kita berada selalu ada iklan yang
GelombangAlpha adalah kondisi pikiran ketika manusia tengah berkonsentrasi dan terfokus kepada satu tujuan atau sasaran saja. Contohnya adalah bila manusia sedang membaca, main game, menonton televisi, membetulkan barang yang rusak, atau justru dalam situasi di mana seseorang itu sedang melakukan relaksasi, melamun, atau bahkan santai dan tidak
Salahsatu contohnya adalah di Kampung Isaq. Konon mereka tercatat sebagai anggota PKI karena kepanjangan yang mereka kenal adalah Persatuan Ketoprak Isaq. Kasus terkenal lain adalah kematian Islah yang terjadi dua bulan sebelum pembantaian massal. Menurut buku Melvin, Islah adalah anak seorang ulama dengan gangguan mental yang
ByGuru Merry Posted on 15/07/2022. Makna Istilah – Suatu istilah adalah kata atau frasa (kombinasi kata-kata) yang digunakan sebagai nama atau simbol dan yang dengan hati-hati mengekspresikan makna konsep, proses, keadaan atau karakteristik yang spesifik untuk area tertentu, seperti sains, teknologi, seni, dan seterusnya.
cÊ Islah adalah usaha untuk memperbaiki hubungan diantara manusia yang bersengketa (perdamaian). Menurut Prof. T.M. Hasbi as Shiddiqy pengertian islah yaitu mengulurkan tali yang kuat dan kukuh antara manusia, teristimewa antara mereka yang timbul diantaranya persengketaan, baik mengenai urusan darah (jiwa) maupun urusan harta, dan kehormatan
DalamIslam, ihsan adalah seseorang yang melakukan perbuatan baik dan menahan diri dari dosa. Selain itu, ihsan merupakan pilar penting bagi umat Muslim selain iman. Ihsan tidak dapat dipisahkan dari iman dan Islam. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak boleh ditinggalakan keislaman seseorang sempurna.
School: SMK AL-ISLAH SURABAYA Class/Major : XII MULTIMEDIA 2 Zodiac : Virgo Hobbies Browsing Salah satu contohnya adalah wide shot, two shot, dan one shot sering digunakan pada acara berita. Shot Boxes adalah sebuat perangkat elektronik yang dipasang pada kamera studio yang mampu mengingat ukuran zoom lensa lengkap dengan
Contohnyaialah pada abad 20 kemarin, muslim di berbagai dunia tengah ramai membicarakan khilafah karena umat Islam rindu dengan khilafah pasca runtuhnya kepemimpinan tersebut di Turki pada 3 Maret. Di abad 21 ini tema besar peradaban sedang banyak diperbincangkan, mungkin memang tema besar Islam pada abad ini hingga akhir nanti adalah
AZdSFyH. The advent of the Islah movement in Malay Peninsula during the early twentieth century challenged the status quo and the existing political and religious institutions. It created a major controversy and tension between the reformists and those supporting the existing order. Consequently, some Muslims were suspicious of the reformists. This was primarily due to their non-adherence to the Shafi’i school of Islamic law, which was adopted by the majority of Muslims not only in Malay Peninsula, but the Nusantara in general. Amid such controversy, some people overlook and even dismiss the contribution of the reformists. Therefore, this article re-examines both the short and long-term contribution of the Islah movement to Malay society. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 12 SUMBANGAN GERAKAN ISLAH TERHADAP PERKEMBANGAN NASIONALISME DAN PENDIDIKAN ISLAM DI TANAH MELAYUTHE CONTRIBUTION OF THE ISLAH MOVEMENT TO THE DEVELOPMENT OF NATIONALISM AND ISLAMIC EDUCATION IN PRE-INDEPENDENT MALAYSIA Hafiz Zakariya Jabatan Sejarah dan Tamadun, Universiti Islam Antarabangsa Malaysia. Emaill hafizz Received date 22-09-2019 Revised date 24-10-2019 Accepted date 29-10-2019 Published date 12-12-2019 To cite this document Zakariya, H. 2019. Sumbangan Gerakan Islah Terhadap Perkembangan Nasionalisme dan Pendidikan Islam di Tanah Melayu. International Journal of Heritage, Art and Multimedia, 27, 12-23. DOI __________________________________________________________________________________________ Abstrak Kemunculan gerakan Islah di Tanah Melayu pada awal abad dua puluh mencabar status quo dan institusi-institusi keagamaan dan pemerintahan yang sedia ada. Justeru itu sebahagian umat Islam mencurigai kehadiran reformis dalam masyarakat. Ini ekoran pegangan mereka yang kontroversi terutamanya dalam isu fiqh yang tidak berpegang kepada mazhab Shafi’i yang diikuti oleh majoriti umat Islam bukan sahaja di Tanah Melayu bahkan di Nusantara seluruhnya. Dalam arus kontroversi sebegitu, sumbangan mereka mungkin tidak mendapat pengiktirafan yang sewajarnya. Justeru itu, makalah ini membincangkan sebahagian daripada peranan dan sumbangan gerakan Islah terhadap masyarakat di Tanah Melayu. Terdapat penulis yang menyatakan golongan Islah gagal dalam dalam misi mereka di Tanah Melayu, kajian ini meneliti semula sumbangan gerakan Islah di Tanah Melayu terutamanya dengan mengambil kira sumbangan jangka panjang terhadap perkembangan masyarakat di Tanah Melayu. Kata Kunci Gerakan Islah, Islah di Malaysia, Islam di Malaysia, Konflik Kaum Muda- Kaum Tua Makalah ini adalah satu penambahbaikan kepada kertas kerja yang dibentangkan dalam Nadwah Ulama Nusantara VIII, anjuran Kerajaan Negeri Sarawak, Majlis Islam Sarawak dan Fakulti Pengajian Islam, UKM, di Kucing, Sarawak pada 23-25 Oktober, 2018. Volume 2 Issues 7 [December, 2019] pp. 12-23] International Journal of Heritage, Art and Multimedia eISSN 2600-8262 Journal website 13 Abstract The advent of the Islah movement in Malay Peninsula during the early twentieth century challenged the status quo and the existing political and religious institutions. It created a major controversy and tension between the reformists and those supporting the existing order. Consequently, some Muslims were suspicious of the reformists. This was primarily due to their non-adherence to the Shafi’i school of Islamic law, which was adopted by the majority of Muslims not only in Malay Peninsula, but the Nusantara in general. Amid such controversy, some people overlook and even dismiss the contribution of the reformists. Therefore, this article re-examines both the short and long-term contribution of the Islah movement to Malay society. Keywords Islah Movement, Muslim Reform In Malaysia, Kaum-Muda-Kaum Tua Dispute, Islam In Malaysia ___________________________________________________________________________ Pendahuluan Secara umumnya, Islah merupakan usaha untuk mengembalikan sesuatu keadaan kepada suatu keadaan yg betul, tepat dan selaras dengan ajaran Islam yang sebenar Kamus Dewan, 2010. Menurut Ibn Manzur, daripada segi bahasa, Islah adalah berlawanan kepada kerosakan fasad. Islah ialah suatu fenomena yang berlaku sepanjang sejarah umat Islam. Kajian yang sedia ada sering membahagikan ulama di Tanah Melayu kepada dua kelompok utama iaitu tradisionalis mereka yang berpegang kepada mazhab Shafi’i dan reformis/Islah. Rata-ratanya, ulama berorientasikan Islah ditujukan kepada mereka yang dipengaruhi oleh pemikiran Abduh sedangkan individu serta gerakan yang menyumbangkan kepada proses Islah lebih luas dan tidak terhad kepada “Kaum Muda” sahaja. Contohnya, aliran pemikiran Islam yang dipengaruhi Shah Wali Ullah al-Dihlawi di Kelantan juga adalah sebahagian daripada rantaian gerakan Islah. Namun secara praktikal, dalam makalah ini, gerakan Islah merujuk kepada golongan yang dipengaruhi oleh pemikiran Abduh, dipelopori oleh Sheikh Tahir Jalaluddin, Haji Abbas Taha dan lain-lain pada awal abad ke-20. Tarikh sebenar kemunculan aliran tersebut di Tanah Melayu tidak dapat dikenal pasti secara tepat. Secara umumnya, ia muncul pada awal abad ke-20. Tahun 1906 dianggap tarikh penting dalam gerakan Islah dengan terbitnya majalah al-Imam di Singapura. Gerakan Islah di Tanah Melayu muncul sebagai suatu tindak balas dalaman internal response terhadap fenomena kemunduran umat Islam di negara ini. Ia berlaku dalam suasana pencerobohan penjajah Barat terhadap Tanah Melayu, kebanjiran jumlah kaum imigran yang ramai serta pencapaian ekonomi Melayu yang keterbelakangan berbanding dengan kaum imigran lain. Justeru itu para pelopor Islah percaya bahawa umat Islam sedang mengalami kemunduran dan krisis yang parah. Mereka berkeyakinan bahawa usaha-usaha Islah adalah penting untuk mengembalikan masyarakat ke landasan yang betul. Dalam menjalankan usaha Islah tersebut, mereka menekankan pemulihan ajaran Islam yang murni dalam masyarakat dan pengubahan sikap agar mereka dapat keluar dari belenggu kemunduran ekonomi dan kebekuan intelektual. Gerakan Islah di Tanah Melayu berpusat di kawasan bandar terutamanya di negeri-negeri Selat, di mana dengan ketiadaan Raja-Raja Melayu, kaum Islah dapat menyebarkan pemikiran dan menjalankan aktiviti-aktiviti secara lebih bebas. Menurut Roff 1967, h. 82 Singapura dan Pulau Pinang menjadi “ sanctuaries or sniping posts for those who were in conflict with the religious authorities in the states and in addition, as the only sizable urban concentrations of Muslims, provided a ready audience for doctrines of the new style” 14 Kaum Islah yang dipelopori oleh Sheikh Tahir dan Syed Sheikh al-Hadi di Tanah Melayu dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh. Menurut Roff 1967, h. 213 “It al-Imam was deeply and directly influenced by al-Manār Salafīyya movement in Cairo on whose journal of that name it was modeled, and whose contents it often reproduced, and its links with Middle East are further reflected in its promotion of the first modern-style Islamic school.” Majalah al-Imam merupakan antara bukti lain menunjukkan pengaruh Abduh ke atas golongan Islah di Tanah Melayu. Banyak artikel yang disiarkan dalam al-Imam adalah terjemahan dan olahan ide-ide yang asalnya muncul di majalah al-Manār. Sebagai contoh, bahagian pengarang dalam keluaran ke-12 yang menyatakan pendirian al-Imam sebagai musuh ketat kepada sebarang bentuk bid’ah, kepercayaan karut dan taklid kepada budaya asing mungkin bersumber daripada objektif al-Manar yang disediakan oleh Rashid Rida. Artikel al-Imam dalam keluaran pertama bertajuk Tugas yang Sepatutnya berkemungkinan besar ialah olahan ucapan Abduh yang disampaikan di Beirut Othman, 1994. Kemunculan gerakan Islah memberikan cabaran besar terhadap institusi dan amalan agama yang sedia ada kerana golongan Islah mengkritik sistem-sistem yang sedia ada di Tanah Melayu. Tindakan gerakan Islah menyeru supaya umat Islam kembali kepada sumber-sumber ajaran Islam – Qur’an dan Sunnah secara langsung berbanding dengan mengikut pandangan mazhab Shafi’i mewujudkan sebuah kontroversi besar dalam masyarakat. Justeru itu, golongan Islah dipandang dengan penuh curiga dan sebahagian aktiviti mereka diboikot oleh umat Islam arus perdana di Tanah Melayu. Di tengah kontroversi yang panas sebegitu, sumbangan gerakan Islah kepada masyarakat sering dilupakan. Justeru itu, makalah ini menganalisis peranan dan sumbangan gerakan Islah terhadap masyarakat dalam dua bidang pembentukan semangat kebangsaan dan proses pembaikan sistem pendidikan Islam. Sorotan Literatur Kajian-Kajian Awal tentang Islah di Tanah Melayu Persoalan Islah di Tanah Melayu menarik minat banyak kajian. Sorotan literatur ini tidak memberikan sebuah analisis menyeluruh dan mendalam tentang topik ini. Sebaliknya, ia menganalisis kajian-kajian terawal tentang Islah di Tanah Melayu yang dilakukan pada 1960an hingga 1980an. William Roff 1962 melalui makalah bertajuk “Kaum Muda-Kaum Tua Innovation and Reaction amongst the Malays, 1900-1941” memberikan sebuah gambaran umum terhadap kemunculan gerakan Islah di Malaya. Ia turut membincangkan biografi ringkas pemimpin gerakan Islah seperti Tahir Jalaluddin, Syed Sheikh al-Hadi, dan Abbas Taha. Roff menyatakan bahawa golongan reformis di Malaya telah dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad Abduh. Beliau menambah bahawa walaupun para reformis Muslim memberikan sumbangan penting dalam mebangkitkan semangat kesedaran umat Islam di Malaya, ia gagal menubuhkan sebuah gerakan massa yang mampu membawa perubahan secara meluas. Bila makalah ini mula diterbitkan kira-kira 60 tahun yang lalu, ia boleh dianggap sebagai karya yang menawarkan pandangan-pandangan yang baru terhadap perkembangan Islah di Malaya. Namun ia juga tidak memberi jawapan kepada beberapa persoalan penting. Sebagai contohnya, tahap pengaruh Abduh ke atas reformis di Malaya tidak dianalisis secara mendalam. Makalah ini kemudiannya turut dimasukkan sebagai satu bab penting dalam karya William Roff yang terkenal, The origins of Malay nationalism 1967. 15 Zaki Badawi 1965 menghasilkan sebuah tesis Doktor Falsafah bertajuk Modern Muslim Thought in Egypt and its Impact on Islam in Malaya. Badawi membahagikan kajiannya kepada dua bahagian utama. Bahagian pertama yang merupakan fokus kajian ini membincangkan pemikiran Jamal al-Din al-Afghani, Abduh, and Rida. Namun Badawi hanya membincangkan kesan pemikiran Islam di Mesir tehadap Malaya secara sepintas lalu. Badawi memperuntukkan hanya enam 6 halaman membincangkan perkembangan Islah di Malaya manakala perbincangan umum tentang Islam di Malaysia juga ringkas sekitar tiga belas 13 halaman sahaja. Sarim Mustajab 1975 Islam dan Perkembangannya dalam Masyarakat Melayu di Semenanjung Tanah Melayu memberikan sebuah analisis yang lebih mendalam terhadap perkembangan Islah di Malaya. Pengarang menggunakan kaedah thematic dalam membincangkan perkembangan Islam di Tanah Melayu, 1900-1940. Berbeza dengan Roff dan Badawi, Sarim membincangkan biografi tokoh-tokoh Islah secara lebih mendalam. Sarim tidak bersetuju dengan pandangan Roff bahawa reformis gagal membentuk persatuan massa di Tanah Melayu. Walaupun Sarim bersetuju bahawa perkembangan Islah mula pudar pada tahun 1930an; namun ia tidak berkubur begitu sahaja kerana idea-idea golongan reformis telah diambil oleh umat Islam yang beraspirasikan Islah. Kemudian, mereka telah menubuhkan persatuan-persatuan massa yang penting di Malaya. Melalui cara ini, aspirasi Islah tidak hilang begitu sahaja malah tetap berkembang dalam gerakan-gerakan massa yang ditubuhkan. Sidek Hj. Fadzil 1978 Ash-Shaykh Muhammad Abduh Suatu tinjauan kritis terhadap pemikirannya dan rumusan mengenai pengaruhnya dalam masyarakat Melayu, memberikan analisis yang mendalam terhadap pemikiran Abduh serta mebincangkan pengaruh Abduh terhadap masyarakat Melayu dalam satu bab khas. Fadzil menyatakan bahawa pemikiran Abduh memberikan impak bermakna terhadap masyarakat Melayu. Kajian ini memberikan maklumat yang penting dalam memahami perkembangan Islah di Malaya. Abu Bakar Hamzah 1981 Al-Imam and Its Role in Malay Society 1906-1908 memberi tumpuan terhadap majalah reformis, Al-Imam. Ia membincangkan kandungan majalah ini secara mendalam. Bagaimanapun selain daripada analisis tentang Al-Imam, ia hanya membincangkan tokoh-tokoh Islah secara ringkas. Isu-isu lain yang berkaitan tentang Islah juga tidak dibincangkan dengan mendalam. Biarpun begitu, sumbangan utama Abu Bakar Hamzah ialah menyediakan sebuah dokumentasi mendalam tentang al-Imam. Safie Abu Bakar 1985 Muslim Religious Thought in Malaya, 1930-1940 menganalisis trend pemikiran yang lebih meluas di Malaya pada tempoh 1930-1940. Ia memberi tumpuan terhadap pemikiran 3 kelompok utama tradisionalis; reformis; dan golongan berpendidikan Inggeris; dalam bidang kalam, fiqh , politik, sosial dan ekonomi. Safie membincangkan perkembangan pemikiran dan hubungkaitnya yang rapat dengan sejarah dan konteks realiti pada zaman tersebut. Beliau menyatakan bahawa perkembangan pemikiran Muslim pada zaman tersebut dipengaruhi oleh tiga masalah utama kemunduran orang Melayu, kesan penjajahan dan perkembangan Islah. Sebagai kesimpulan kajian-kajian awal yang dilakukan terhadap perkembangan Islah di Tanah Melayu banyak memberi manfaat kepada kita. Dalam masa yang sama, masih banyak 16 ruang untuk para pengkaji menyumbang dengan menumpukan kepada aspek yang tidak diterokai sepenuhnya oleh kajian-kajian terdahulu. Sebagai contohnya kajian sedia ada mengabaikan sejarah sosial penyebaran fahaman Islah di Malaya serta perbandingan perkembangan Islah di Malaya dan Indonesia. Dengan mengetahui jurang pengetahuan yang sedia ada, para pengkaji dapat memberi sumbangan dan tafsiran baru terhadap kajian Ilmiah tentang Islah di Malaysia. Pemimpin dan Ahli Gerakan Islah Pada mulanya, kebanyakan pemimpin-pemimpin utama Islah di Tanah Melayu berasal dari Indonesia, negara-negara Arab ataupun berdarah India-Muslim. Kemudian ia menarik minat masyarakat Melayu tempatan. Mereka yang dipengaruhi oleh gerakan Islah boleh dibahagikan kepada dua kelompok. Pertama, golongan yang mendapat pendidikan Islam sama ada di dalam atau luar Nusantara - terutamanya Asia Barat dan Asia Selatan. Tokoh-tokoh Islah daripada kumpulan ini diwakili oleh mereka seperti Sheikh Tahir, Syed Syeikh al-Hadi, Haji Abbas Taha dan Sheikh Abdullah al-Maghribi. Golongan kedua yang menyokong idea Islah terdiri daripada golongan bukan ulama yang tertarik dengan idea Islah. Mereka termasuk kakitangan kerajaan yang mendapat pendidikan Barat, wartawan, penulis dan cendekiawan seperti Za’ba. Zakariya, 2011 Masih kurang jelas berapakah jumlah sebenar mereka yang menyokong gerakan Islah di Tanah Melayu. Ini kerana penyokong-penyokong Islah tidak menubuhkan sebarang persatuan secara rasmi dan hanya tersusun secara longgar tanpa sebarang organisasi, keahlian dan struktur autoriti yang jelas Safie Ibrahim, 1985. Sebaliknya, di Indonesia, salah sebuah gerakan Islah yang terkenal di sana, Muhammadiyyah menubuhkan organisasi secara formal, serta mempunyai struktur, kepimpinan, keahlian dan perlembagaan yang jelas. Justeru tiada organisasi seumpamanya di Tanah Melayu bagi golongan Islah adalah sukar memberi data tepat tentang keahliannya. Justeru itu, kita tidak mengetahui jumlah sebenar mereka yang menyokong gerakan Islah di Tanah Melayu, dan hanya boleh membuat anggaran berdasarkan sumber-sumber yang sezaman. Menurut Sidney dan Thompson 1926, h. 49 “a young Malay officer who is on probation in the government service…is one of a party known as the Young Malays, who are attempting to reform their elders and to bring order out to sic. of chaos. At the present in the 1920’s there are fewer than a hundred of these young men, but they are beginning to make themselves felt.” Virginia Thompson 1943 menyatakan bahawa “In the early postwar period the reformist were represented by Kaum Muda, a party of about a hundred young Malays from the nascent middle class who attempted to progress along the Western lines against the blind prejudices of their elders. The conservative group, Kaum Tua, simply wanted to return to the old ways, and denounced the reformists as worse than idolaters and Christians” Maklumat-maklumat di atas mendakwa bahawa jumlah pengikut gerakan Islah adalah sangat kecil; Menurut anggaran Thomson sekitar 100 orang manakala Sidney mendakwa kurang dari 100. Bagaimanapun, Ibrahim Abu Bakar 1994 berhujah bahawa anggaran-anggaran yang diberikan oleh pemerhati-pemerhati Barat tersebut kemungkinan besar hanya mewakili keadaan dan jumlah di bandar-bandar utama di Tanah Melayu tidak termasuk kawasan luar bandar yang turut mempunyai pengikut-pengikut Islah biarpun tidak ramai. Jadi Ibrahim Abu Bakar menegaskan walaupun pengikut Islah ialah minoriti jumlah mereka melebihi anggaran yang diberikan oleh Thompson dan Sidney. 17 Persamaan pemikiran antara gerakan Islah di Tanah Melayu dan para reformis di Asia Barat bukanlah secara kebetulan. Bahkan karya-karya Islah dari Asia Barat dan hubungan dan rangkaian intelektual di antara mereka sudah wujud. Interaksi antara al-Manar dan Nusantara berlaku secara aktif pada awal kuruk ke-20. Contohnya pembaca-pembaca al-Manar di Nusantara menulis dan bertanyakan al-Manar tentang pelbagai persoalan teologi, ekonomi, alam sekitar, politik dan kemajuan teknologi. Dialog ini menunjukkan interaksi yang aktif di antara dua dunia Islam Asia Barat dan Nusantara. Impak Gerakan Islah di Tanah Melayu Adakah golongan Islah membawa impak yang besar dalam masyarakat Melayu? Bolehkah usaha mereka dianggap kejayaan atau kegagalan? Bagi menganalisis soalan-soalan tersebut, adalah penting kita bertanya kriteria apakah yang diguna pakai dalam menentukan tahap impak dan kejayaan Islah di Tanah Melayu. Adakah impak tersebut dinilai berdasarkan jumlah pengikut yang dipengaruhi aliran Islah? Jika itulah kayu ukurnya maka bolehlah kita menganggap gerakan Islah gagal kerana daripada segi kuantitinya, hanya golongan minoriti yang dipengaruhi oleh pemikiran Islah. Manakala majoriti kaum Muslim, sebaliknya memandang gerakan Islah secara negatif. Bagi menghalusi perkara ini, kita perlu memahami latar belakang sejarah dan politik tanah Melayu pada ketika itu yang menghalang golongan Islah daripada mencapai pengikut yang ramai. Faktor pertama berkait rapat dengan struktur sosial masyarakat Tanah Melayu pada ketika itu. Adalah baik kita membuat perbandingan ringkas antara struktur sosial di Tanah Melayu dan Hindia Timur Indonesia pada zaman penjajahan dan bagaimana fenomena ini menyumbangkan kepada perkembangan gerakan Islah di kedua-dua tempat. Di Hindia Timur kemerosotan kuasa aristokrat tradisional sudah berlaku sejak awal kurun dua puluh apabila Belanda memberi kesempatan kepada rakyat Indonesia mendapat pendidikan Barat. Natijahnya, muncullah golongan elit baru, sebagai produk pendidikan Belanda. Bahkan, kelas sosial yang baru juga tercipta ekoran diversifikasi ekonomi kolonial. Benda, 1970 Di bawah penjajahan Inggeris, sebaliknya, aristokrat tradisional dan secara umumnya, struktur sosial orang Melayu tidak terganggu, bahkan kekal utuh. Begitu juga diversifikasi ekonomi kolonial hanya memberi kesan kepada kaum imigran, bukan orang Melayu. Penerusan struktur sosial yang sedia ada dan pengekalan kuasa tradisional aristokrat dan Raja-Raja, memperlahankan proses kemunculan golongan elit baharu yang akan memimpin masyarakat Melayu. Keadaan-keadaan ini menjejaskan kelancaran perkembangan gerakan Islah kerana golongan penguasa tradisional masih berkuasa. Sebenarnya, di Hindia Timur sendiri penentangan terhadap Islah aliran Abduh juga kuat, namun di sana kaum Islah tidak berhadapan dengan penguasa/aristokrat yang masih banyak mengekalkan kuasa tradisional mereka Benda, 1970. Lebih dari itu kedudukan pemimpin tradisional sebagai kuasa yang kuat dalam masyarakat Melayu diperkukuhkan lagi dengan proses birokrasi Islam. Ia bermula secara rancak dengan permulaan penjajahan Inggeris pada penghujung kurun ke-19 dan awal kurun ke-20. Memandangkan kuasa sekular Raja-Raja Melayu sudah merosot, Inggeris memberikan mereka kuasa penuh mentadbir hal ehwal budaya Melayu dan Islam. Kakitangan birokrasi Islam tersebut seperti Majlis Agama Islam secara eksklusifnya dilantik di kalangan ulama’ tradisional. Golongan Islah dinafikan pelantikan itu kerana aliran ajaran Islam mereka dianggap merbahaya dan mengancam status quo. Biarpun begitu, tokoh alim reformis, yang sangat dihormati hatta di kalangan ulama’ tradisional seperti Syeikh Tahir sekurang- 18 kurangnya disenarai-pendekkan shortlisted untuk jawatan-jawatan penting dalam pentadbiran Islam di negeri-negeri Melayu. Melalui hubungan yang rapat dengan Sultan Idris Perak, Syeikh Tahir pernah dilantik sebagai penasihat agama dan Pembantu Qadi untuk tempoh yang singkat. Tetapi, golongan reformis tidak dilantik untuk jawatan-jawatan penting seperti mufti dan Qadi Zakariya, 2005. Sesungguhnya, kerjasama yang erat di antara ulama’ tradisional dan golongan elit pemerintah Melayu menjadi halangan yang besar dalam penyebaran aliran Islah di Tanah Melayu. Bahkan golongan Islah turut menghadapi halangan oleh kuasa undang-undang negeri-negeri Melayu yang mengharamkan tulisan-tulisan golongan Islah. Untuk mengehadkan lagi penyebaran pemikiran Islah akta-akta yang mengekang kebebasan diperkenalkan. Sebagai contoh, pada 1904, The Muhammadan Laws Enactment, bahagian 9 menghalang sebarang bentuk ajaran agama dan penyebaran bahan cetak agama tanpa mendapat kelulusan Majlis Agama . Seterusnya pindaan akta tersebut pada tahun 1925, memberi amaran bahawa sesiapa yang mencetak penulisan agama tanpa kelulusan Raja-Raja boleh dipenjarakan atau didenda sebanyak $200. Khalil Hussein, 1958. Fatwa dan media rasmi mengecam ajaran-ajaran Islah sebagai ajaran yang menyeleweng dan di luar Islam. Sebahagian aktivis Islah dan penerbitan dihalang memasuki negeri-negeri Melayu. Selain daripada keadaan sosial dan politik yang tidak membantu, pendekatan yang diambil sebahagian tokoh Islah dalam menyebarkan ajaran mereka juga menyebabkan masyarakat marah dan menjauhkan diri daripada gerakan Islah. Sebagai contoh, isu yang menerima perhatian besar golongan Islah ialah penekanan kepada kembali kepada shariah dan penolakan mengikut mazhab Shafi’i. Pendekatan ini memberikan lebih banyak keburukan kepada mereka. Ini kerana masyarakat Melayu sangat konservatif dan sangat kuat berpegang kepada mazhab Shafi’i. Oleh itu sebarang usaha menolak mazhab Shafi’i sering kali dianggap penolakan terhadap Islam sendiri dan semakin menjauhkan majoriti masyarakat Melayu daripada aliran Islam. Jelas pendekatan sedemikian tidak membantu mereka mendapatkan pengikut yang ramai di Tanah Melayu. Ada pendapat yang menyatakan bahawa gerakan Islah mula sirna pada tahun 1930an dan peranan mereka dalam masyarakat Melayu “had been overtaken by secular and political movements Roff, 1962. Pandangan ini dibuat atas alasan kaum Islah gagal untuk menubuhkan sebarang parti politik atau gerakan massa yang mampu membawa perubahan yang besar dalam masyarakat. Justeru itu mereka dianggap gagal dalam merealisasikan impian menyebarkan Islah di tanah Melayu. Hujah tersebut perlu dihalusi dan dikaji semula dengan teliti kerana ia kurang adil kepada kaum Islah kerana mereka perlu dinilai bukan sahaja berasaskan apa yang gagal dicapai tetapi faktor-faktor yang menyumbang kegalalan tersebut perlu dianalisis. Di samping itu, pencapaian-pencapaian utama mereka yang lain juga perlu diambil kira Zakariya, 2011. Walaupun gerakan Islah tidak mendapat penyokong-penyokong yang ramai, mereka pada hakikatnya membuat sumbangan yang amat besar kepada masyarakat Melayu. Pencapaian utama mereka ialah untuk menyedarkan atau mencetus kesedaran masyarakat Melayu tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang menghantui mereka. Melalui majalah-majalah dan tulisannya bertemakan Islah, mereka menulis tentang realiti masalah yang melanda masyarakat. William Roff 1967, h. 59 meringkaskan sumbangan kaum Islah seperti berikut 19 Al-Imam was a radical departure in the field of Malay publications, distinguished from its predecessors both in intellectual stature and intensity of purpose and in its attempt to formulate a coherent philosophy of action for a society faced with the need for rapid social and economic change Justeru gerakan Islah muncul pada awal kurun ke-20, ketika gerakan nasionalisme yang tersusun belum muncul di Tanah Melayu, membuatkan sumbangan mereka dalam meniupkan kesedaran masyarakat menjadi sangat penting. Menurut Soenarno 1960 melalui pemikiran-pemikiran mereka yang baharu dan kontroversi, kaum Islah telah menyedarkan masyarakat Melayu tentang masalah dan peristiwa yang berlaku pada ketika itu. Perkembangan ini membolehkan masyarakat Melayu didedahkan kepada persoalan politik yang membuka jalan dalam membentuk sikap dan pandangan politik Melayu. Lebih dari itu, kepentingan fasa Islah pada awal kurun ke-20, bolehlah dianggap sebagai fasa pra-nasionalisme di mana pemimpin-pemimpin Islam berperanan sebagai perintis kepada semangat nasionalisme di Tanah Melayu. Seterusnya kesedaran tersebut menjadi semakin berkembang dan diambil alih oleh para pemimpin sekular pada tahun 1920an Soenarno, 1960; Zakariya, 2011. Golongan Islah juga memberi sumbangan yang penting di bidang pendidikan. Majalah-majalah gerakan Islah seperti al-Imam dan Saudara memberi penekanan peri pentingnya pendidikan sebagai alat untuk umat Islam mencapai kemajuan. Menurut Wan Suhana 2016, banyak artikel dalam Saudara membincangkan peri pentingnya pendidikan, isu pelajar Melayu di sekolah-sekolah Melayu dan Inggeris, pendidikan Islam, pendidikan wanita dan sebagainya. Justeru itu adalah jelas bahawa isu pendidikan sangat penting bagi gerakan Islah. Para pemikir Islah yang merasakan pendidikan tradisional Islam yang ditawarkan di pondok tidak mencukupi untuk menyediakan generasi muda menghadapi cabaran zaman, menggesa agar pendidikan Islam menjalani proses penambahbaikan dan transformasi. Biarpun pondok memberikan sumbangan kepada masyarakat, ia perlu menjalani perubahan bagi memenuhi tuntutan zaman dan cabaran moden. Ini kerana sistem pondok menggalakkan pemikiran tidak kritikal seperti hafalan tanpa betul-betul memahami apa yang dihafal. Ia juga tidak tersusun dengan mengumpulkan para murid bersama tanpa mengambil kira umur dan tahap kebolehan mereka. Amalan sedemikian dan ketiadaan peperiksaan menyebabkan majoriti pelajar tidak begitu bersungguh-sungguh dalam pelajaran. Melalui inspirasi pemikiran Abduh, kaum Islah mahukan sistem sekolah yang lebih tersusun yang mempunyai pentadbiran tersusun dan moden. Golongan Islah telah mempopularkan sistem madrasah yang mengintegrasikan antara pendidikan agama dan ilmu moden. Sistem pendidikan yang tersusun dan bersepadu ini mendapat sambutan baik dan mula menjadi ikutan sistem pendidikan Islam di negara ini. Bahkan sistem ini menjadi perintis kepada sistem pendidikan keagamaan yang bersifat seimbang dan menyeluruh, terutamanya di sekolah aliran Sekolah Menengah Kebangsaan Agama yang masih wujud hingga hari ini. Tiga buah madrasah yang ditubuhkan sebelum Perang Dunia Kedua— Madrasah Iqbal Islamiyyah di Singapura; Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah di Pulau Pinang; dan Ma’had al-Ihya al-Sharif di Gunong Semanggol, Perak – memainkan peranan penting dalam penyebaran pemikiran Islah di Tanah Melayu bahkan menjadi model ikutan pendidikan Islam di Tanah Melayu pada ketika itu. Madrasah Iqbal al-Islamiyyah ialah madrasah yang pertama ditubuhkan di Malaya . Ditubuhkan pada tahun 1908 di bawah naungan Raja Ali al-Ahmadi dari Riau, madrasah ini 20 mempunyai kurikulum yang luas merangkumi pelbagai subjek agama dan mata pelajaran moden Ibrahim Abu Bakar, 1994. Pada awalnya majoriti gurunya didatangkan dari Mesir dan Uthman Raf’at Affandi dilantik menjadi pengetua madrasah. Madrasah Iqbal Islamiyyah di Singapura mempunyai kemudahan yang lengkap seperti kerusi, meja, jadual, sistem kelas berbeza dan kurikulum yang lengkap merangkumi mata pelajaran Islam dan subjek-subjek moden seperti pengetahuan am, ilmu alam, logik, falsafah dan biologi. Sufean Hussin, 1993. Biarpun mempunyai sistem dan kurikulum sekolah agama yang terbaik di Malaya, madrasah menghadapi tentangan dan boikot daripada kalangan masyarakat Muslim tradisional. Justeru itu madrasah ini terpaksa ditutup setahun selepas dibuka kerana mengalami masalah kewangan dan telah dipindahkan ke Riau serta ditukarkan nama menjadi Madrasah al-Ahmadi Wan Suhana, 2016. Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah berkembang dari sekolah al-Qur’an yang didirikan oleh masyarakat Muslim berketurunan Arab di Pulau Pinang pada tahun 1916. Objektif asal madrasah al-Qur’an tersebut ialah untuk mengajar bacaan al-Qur’an serta ilmu fardhu ain Ibrahim Abu Bakar, 1994. Antara pengasas madrasah tersebut ialah sayid Mazhar Aidid, Sheikh Ali Bawazir, Sayid Umar al-saqah, Sayid Umar Mazhar dan Sheikh Hassan Baghdadi. Dengan kedatangan Syed Sheikh al-Hadi ke Pulau Pinang pada tahun 1918, madrasah ini telah mengalami perubahan pentadbiran. Al-Hadi yang dilantik menjadi pengetua madrasah ini, berazam untuk memodenkan Madrasah al-Masyhur. Beliau mengesyorkan perubahan dalam sistem pembelajaran dan pengajaran di madrasah al-Qur’an tersebut. Lokasi madrasah ini telah berpindah dari Lebuh Acheen ke sebuah tanah wakaf di Lebuh Teck Soon Ibrahim Abu Bakar, 1994. Bahkan madrasah ini diberi nama baru, Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah sempena nama seorang tokoh pemimpin Muslim di Pulau Pinang, Sayid al-Masyhur. Dari segi pentadbiran, lembaga pengelola sekolah telah ditubuhkan. Pengetua pertama Madrasah al-Masyhur adalah Al-Hadi sendiri yang memegang jawatan selama 3 tahun Wan Suhana, 2016. Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah, mengikut jejak langkah, madrasah Iqbal dengan menawarkan kurikulum pengajian yang menarik. Ia bukan hanya menawarkan subjek agama sahaja, tetapi juga menawarkan mata pelajaran moden seperti bahasa Inggeris. Sedapat yang mungkin, Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah di bawah pimpinan al-Hadi cuba melaksanakan sistem pendidikan sekolah Inggeris dan sekolah Melayu.Roff, 2009. Ia juga menolak pendekatan pelajaran pondok yang menekankan hafalan. Sebaliknya, Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah mengintegrasikan aktiviti di luar kelas yang relevan untuk mempertingkatkan pengalaman pelajar seperti penglibatan dalam pidato awam dan debat Wan Suhana, 2016. Sewaktu ia memulakan operasi, madrasah ini bermula dengan hanya 100 orang pelajar, dan ekoran pencapaiannya yang memberangsangkan, jumlah pelajar meningkat tinggi. Para pelajar lepasan madrasah ini memiliki kualiti yang baik. Pada tahun 1920an dan 1930an, ramai lepasan madrasah ini telah berjaya melanjutkan pengajian mereka di pusat pengajian tinggi di Dunia Arab. Bahkan, pada tahun 1930an, Madrasah al-Masyhur menawarkan biasiswa yang ditaja oleh kerajaan Arab Saudi kepada 25 orang pelajar pada setiap tahun. Ekoran pesat membangunnya Madrasah al-Masyhur ini, cawangan-cawangan madrasah ini turut dibuka. Pada tahun 1934, Madrasah al-Masyhur Wanita dibuka, dikuti cawangan lain di Sabak Bernam dan Balik Pulau Wan Suhana, 2016. 21 \Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah menarik minat bukan sahaja pelajar dari Pulau Pinang tetapi juga dari negeri lain di Malaya, Thailand dan Kalimantan. Satu sumbangan penting Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah ialah ia mempengaruhi penubuhan madrasah-madrasah lain di Malaya sebelum Perang Dunia Kedua. Para pelajar yang menamatkan pelajaran dari madrasah ini dan selepas pulang dari pusat-pusat pengajian Islam di Asia Barat khususnya, menubuhkan madrasah yang memiliki ciri yang serupa dengan Madrasah al-Masyhur al-Islamiyyah. Antara madrasah seumpama itu ialah Madrasah al-Diniah di Kampung Lalang , Madrasah al-Falaliah, Madrasah Ijtihadiah, Madrasah al-Iqtisadiah, Madrasah al-Masriah dan Madrasah di Padang Rengas. Kesemua madrasah ini menjadi pusat penyebaran pemikiran Islah di Tanah Melayu Ibrahim Abu Bakar, 1994. Struktur madrasah yang tersusun dan inovatif turut mempengaruhi perkembangan pendidikan Islam di Tanah Melayu. Melalui usaha perintis golongan Islah, sistem pendidikan Islam yang lebih tersusun berkembang dengan pesat di Malaya dari 1920 hingga 1940an Roff, 1967. Pada ketika itu kira-kira 14 buah madrasah telah ditubuhkan di pelbagai tempat di Tanah Melayu. Sufean, Hussin, 1993. Natijahnya, pendidikan Islam yang lebih formal dan tersusun semakin berkembang di Tanah Melayu. Madrasah yang pertama ditubuhkan ialah Madrasah Iqbal di Singapura pada 1907 dan pada tahun 1913 , puluhan madrasah beroperasi di negeri Perak sahaja Rosnani Hashim, 1996. Pada peringkat awal penubuhan madrasah oleh golongan Islah pada awal kurun ke-20, ia dibiayai secara sendiri oleh para dermawan. Bagaimanapun, setelah sistem madrasah berkembang pesat di tanah Melayu, sebahagian madrasah di Perak dan Terengganu dibiayai oleh Raja-Raja Melayu. Tiada data yang tepat menunjukkan jumlah pelajar-pelajar di madrasah di seluruh negara pada ketika itu. Bagaimanapun, di negeri Kedah sahaja pada 1938 terdapat 24 buah madrasah dan 1,742 para murid. Khoo Kay Kim, 1991. Ini boleh memberikan gambaran kepada kita bahawa besar kemungkinan jumlah keseluruhan pelajar dan madrasah di seluruh negeri Melayu pada ketika itu sekitar sepuluh kali ganda daripada jumlah yang terdapat di Kedah. Sesungguhnya, transformasi pendidikan Islam dan perkembangan sistem madrasah yang pesat dan diterima luas oleh segenap lapisan masyarakat Melayu sama ada reformis atau tradisionalis ialah suatu tanda sumbangan penting reformis terhadap pendidikan Islam di negara ini. Kesimpulan Pendirian gerakan Islah yang kontroversi terutamanya penolakan sikap taqlid kepada mazhab Shafi’i meminggirkan mereka daripada masyarakat Muslim arus perdana. Lebih dari itu, keberanian mereka mengkritik para pemimpin feudal termasuk Sultan, pembesar dan ulama’ rasmi menyebabkan pemikiran mereka dianggap sebagai ancaman besar kepada status quo. Oleh sebab itulah, pemikiran dan peranan gerakan Islah dipandang dengan perasaan curiga; walhal biarpun terdapat pertikaian antara ulama’ Islah dengan ulama’ tradisional; gerakan islah turut memberikan sumbangan penting dalam masyarakat. Biarpun golongan Islah mempunyai kuantiti pengikut yang kecil, mereka telah membawa perubahan-perubahan penting dalam masyarakat terutamanya dalam merintis kesedaran nasionalisme serta memperbaiki sistem pendidikan keagamaan dengan mengemukakan model integrasi sebagai jalan tengah antara pondok dan sekolah Inggeris. Dengan cara itu, mereka yang mendapat pendidikan di madrasah yang bersifat seimbang dan holistik terdedah kepada isu-isu agama dan ilmu pengetahuan moden justeru dapat menangani cabaran-cabaran semasa yang dihadapi oleh umat Islam. Golongan Islah yang beroperasi di luar sistem politik dan pentadbiran keagamaan; berhadapan dengan pemerintah dan ulama’ tradisional yang menguasai Majlis 22 Agama Islam membuatkan tugas mereka sangat mencabar. Justeru cabaran yang sedemikian getirlah, sumbangan mereka kepada masyarakat Melayu cukup bermakna sekali. Memandangkan hakikat tersebut, walaupun gerakan Islah mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu, adalah tidak wajar usaha mereka dianggap gagal sama sekali. Sebaliknya mereka memberi sumbangan besar dalam membentuk perkembangan sikap keagamaan, pendidikan dan politik di negara ini. Rujukan Abu Bakar, I. 1994. Islamic modernism in Malaya The Life and Thought of Sayid Syekh al-Hadi 1867-1934. Kuala Lumpur University of Malaya Press. Abu Bakar, S. 1987. Islamic Religious Thought in Malaya, 1930-1940 diss, Columbia University. Dewan Bahasa dan Pustaka 2010. Kamus Dewan Edisi Keempat. Kuala Lumpur DBP Hamzah, 1991. Al-Imam Its role in Malay society. Kuala Lumpur Pustaka Antara. Hashim, R 1996. Educational Dualism in Malaysia Implications for Theory and Practice. Kuala Lumpur OUP. Henry, Benda. 1970. Southeast Asian Islam in the Twentieth Century The Cambridge History of Islam, eds. Holt, et al. London Cambridge University Press. Hussein, 1958. “The Department of Religious Affairs, Perak” honors academic exercise, University of Malaya. Hussin, S. 1993. Pendidikan di Malaysia Sejarah Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur DBP. Khoo Kay Kim 1991. Malay Society Transformation and Democratisation. Petaling Jaya, Malaysia Pelanduk Publications. Mustajab, 1975 Islam dan Perkembangannya dalam Masyarakat Melayu di Semenanjung Tanah Melayu. Tesis Sarjana, UKM. Othman, 1994. The Middle East Influence on the Development of Religious and Political Thought in Malay Society, 1880-1940 diss., University of Edinburgh. Roff, 1962. Kaum Muda Kaum Tua Innovation and Reaction amongst the Malays, 1900-1940. In Papers on Malayan History, edited by K. Tregonning. Singapore Malay Publishing House. Sidney. 1926. Malay Land “Tanah Melayu” Some Phases of Life in Modern British Malaya London Cecil Palmer. Sonenarno, R. 1960. Malay Nationalism, 1900-1945. Journal of Southeast Asian History. 1 1960 1-28. Virginia Thompson 1943. Postmortem on Malaya New York The Macmillan Company. Wan Suhana Wan Sulong 2016. Transforming education through integration Islamic reformism and religious education in Malaya, 1906-1957. Hamdard Islamicus, 39 1. pp. 35-59 Zakariya, H. 2005. Islamic Reform in Malaya The Contribution of Shaykh Tahir Jalaluddin. Intellectual Discourse, 131. Retrieved from Zakariya, Hafiz 2011. Awakening the Malays from slumber Islamic reform in twentieth century Malaya. In A. R. Tang Ed. Tradition modernity and Islam Revisiting history across the regions in the nineteenth and twentieth century pp. 139-162. Kuala Lumpur, IIUM Press. ________ 1967. The Origins of Malay Nationalism. New Haven and London Yale University Press. 23 _________. 1998 Patterns of Islamization in Malaysia, 1890s-1990s Exemplars, Institutions and Vectors. Journal of Islamic Studies 91998 210-228. _________ 2009. Studies on Islam and society in Southeast Asia. Singapore NUS Press. ... Thus, the pioneers of Islah in Malaya believed that reformation efforts were vital in getting the community back on track. In carrying out reformation, emphasis was given on the restoration of true and correct Islamic teachings within society as well as an overall attitude reform to enable the community to escape poverty and experience an intellectual revolution Zakariya, 2019. The Islah movement began in Egypt and was pioneered by Al-Afghani, 1839-1897Abduh, 1849Abduh, -1905Tahir, 1995. ...... Hence, the pioneers of Islah in Malaya believed that improvement efforts and purification Islah had become important in order to rectify the state of the people. In carrying out the Islah effort, they emphasised on the restoration of pure Islamic teachings in the society and the change of attitude in order to escape the shackles of economic decline and intellectual stagnation Zakariya, 2019. ... Hafiz ZakariyaReformation of religion does not entail changing the very teaching of Islam or the introduction of un-Islamic elements into Islam. Rather reformation of religion is a return to the original sources of Islam as practiced during the period of the Prophet SAS and early generations of muslims, unadulterated by the practices and beliefs that contravened Islam. This salafī reformist discourse, as the historical evidence shows, was adopted by Shaykh Tahir in his attempts to reform Islam in colonial Malaya. Rosnani HashimTypescript. Thesis Ph. D.-University of Florida, 1994. Vita. Includes bibliographical references leaves 393-409.Islamic modernism in Malaya The Life and Thought of Sayid Syekh al-Hadi 1867-1934I Rujukan Abu BakarRujukan Abu Bakar, I. 1994. Islamic modernism in Malaya The Life and Thought of Sayid Syekh al-Hadi 1867-1934. Kuala Lumpur University of Malaya Religious Thought in MalayaAbu BakarAbu Bakar, S. 1987. Islamic Religious Thought in Malaya, 1930-1940 diss, Columbia Its role in Malay societyDewan Bahasa Dan PustakaDewan Bahasa dan Pustaka 2010. Kamus Dewan Edisi Keempat. Kuala Lumpur DBP Hamzah, 1991. Al-Imam Its role in Malay society. Kuala Lumpur Pustaka Asian Islam in the Twentieth Century The Cambridge History of IslamBenda HenryHenry, Benda. 1970. Southeast Asian Islam in the Twentieth Century The Cambridge History of Islam, eds. Holt, et al. London Cambridge University Department of Religious Affairs, Perak" honors academic exerciseMohd HusseinKhalilHussein, 1958. "The Department of Religious Affairs, Perak" honors academic exercise, University of di Malaysia Sejarah Sistem dan FalsafahS HussinHussin, S. 1993. Pendidikan di Malaysia Sejarah Sistem dan Falsafah. Kuala Lumpur Society Transformation and DemocratisationKim Khoo KayKhoo Kay Kim 1991. Malay Society Transformation and Democratisation. Petaling Jaya, Malaysia Pelanduk Publications.
BERSHALAWAT - Al-islah dalam bahasa Arab berarti memperbaiki, mendamaikan dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Islah juga bermakna berusaha menciptakan perdamaian, membawa keharmonisan, menganjurkan orang untuk berdamai antara satu dan lainnya. Melakukan perbuatan baik berperilaku sebagai orang suci baik adalah bentuk-bentuk dari ishlah. Baca Juga Takziyah Lafaz untuk Muslim dan Non-Muslim Pengertian yang beragam itu berasal dari makna islah yang disebut dalam al-Quran berikut Al-Baqarah ayat 220, 228, An-Nisa’ ayat 35, 113, Hud ayat 87, Al-A'raf ayat 55, 85. Sementara dalam bentuk perintah, kata ini disebutkan 5 kali yaitu pada Al-A'raf ayat 142, Al-Anfal ayat 1, Al-Hujurat ayat 9 & 10. Baca Juga Sisilia, 5 Fakta Menarik Islam di Kampung Para Mafia Islah merupakan kewajiban bagi umat Islam, baik secara personal maupun sosial. Penekanan islah ini lebih terfokus pada hubungan antara sesama umat manusia dalam rangka pemenuhan kewajiban kepada Allah SWT. Dalam kisah Nabi Syu’aib alaihissalam yang tinggal di kota Madyan yang letaknya di Yordania sekarang. Ketika itu, masyarakatnya kafir kepada Allah dan melakukan berbagai kemaksiatan,membajak dan merampas harta manusia yang melintasi mereka. Baca Juga Talqin Jenazah Apa Dasarnya? Mereka juga menyembah pohon lebat yang disebut Aikah, menipu dalam melakukan jual beli dan mengurangi takaran dan timbangan. Nabi Syu’aib berdakwah dengan argumentasi yang kuat, sehingga beliau disebut Khathibul Anbiya’ Ahli Pidato dari kalangan para nabi. Terkini
Islah is a term found in the Qur'an and the hadith of the Prophet. Islah comes from the word Ashlaha-yushlihu-ishlahan, which means repair, safety and peace. Islah according to the Qur'an is a person who always reads the Qur'an, remembrance and prayer in the quiet night. Performing islah is doing good deeds in a calm manner and state that can benefit oneself and others. Like the state of a person doing night prayers, it is a reform that is very beneficial to himself and gives good to others, because it can prevent evil deeds and provide good for safety and peace. So something can be seen as reform if it serves to bring value and benefits. On the other hand, acts that cause harm are not called reforms. Thus, the measure of a good or bad charity lies in the value of the benefits or harms it contains. Islah adalah suatu term yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis rasulullah saw. Islah berasal dari kata Ashlaha-yushlihu-ishlahan, yang artinya perbaikan, keselamatan dan perdamaian. Islah menurut al-Qur’an adalah orang yang senatiasa membaca al-Qur’an, zikir dan shalat di waktu malam yang tenang. Melaksanakan islah adalah melakukan perbuatan yang baik dengan cara dan keadaan tenang yang dapat memberi manfaat pada dirinya dan orang lain. Seperti keadaan seseorang mengerjakan shalat malam, adalah suatu islah yang sangat bermanfaat kepada dirinya dan memberi kebaikan kepada orang lain, karena dapat mencegah perbuatan mungkar dan memberikan kebaikan untuk keselamatan dan perdamaian. Maka sesuatu dapat dipandang sebagai islah jika ia berfungsi mendatangkan nilai manfaat. Sebaliknya, perbuatan yang menimbulkan mudarat, tidak dinamakan islah. Dengan demikian, tolok ukur suatu amal baik atau tidak adalah terletak pada nilai manfaat atau mudarat yang dikandungnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 Hal 161-171 p-ISSN 1693-7562 e-ISSN 2599-2619 161 Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis Zainuddin Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Email zainuddinmuhammadamin67 ABSTRACT Islah is a term found in the Qur'an and the hadith of the Prophet. Islah comes from the word Ashlaha-yushlihu-ishlahan, which means repair, safety and peace. Islah according to the Qur'an is a person who always reads the Qur'an, remembrance and prayer in the quiet night. Performing islah is doing good deeds in a calm manner and state that can benefit oneself and others. Like the state of a person doing night prayers, it is a reform that is very beneficial to himself and gives good to others, because it can prevent evil deeds and provide good for safety and peace. So something can be seen as reform if it serves to bring value and benefits. On the other hand, acts that cause harm are not called reforms. Thus, the measure of a good or bad charity lies in the value of the benefits or harms it contains. Keywords Islah, peace and security. ABSTRAK Islah adalah suatu term yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadis rasulullah saw. Islah berasal dari kata Ashlaha-yushlihu-ishlahan, yang artinya perbaikan, keselamatan dan perdamaian. Islah menurut al-Qur’an adalah orang yang senatiasa membaca al-Qur’an, zikir dan shalat di waktu malam yang tenang. Melaksanakan islah adalah melakukan perbuatan yang baik dengan cara dan keadaan tenang yang dapat memberi manfaat pada dirinya dan orang lain. Seperti keadaan seseorang mengerjakan shalat malam, adalah suatu islah yang sangat bermanfaat kepada dirinya dan memberi kebaikan kepada orang lain, karena dapat mencegah perbuatan mungkar dan memberikan kebaikan untuk keselamatan dan perdamaian. Maka sesuatu dapat dipandang sebagai islah jika ia berfungsi mendatangkan nilai manfaat. Sebaliknya, perbuatan yang menimbulkan mudarat, tidak dinamakan islah. Dengan demikian, tolok ukur suatu amal baik atau tidak adalah terletak pada nilai manfaat atau mudarat yang dikandungnya. Kata kunci Islah, perdamaian dan keselamatan. Zainuddin Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis 162 A. Pendahuluan Islah difahami sebagai suatu tindakan atau gerakan yang bertujuan untuk merubah keadaan masyarakat yang rusak akhlak dan akidah, menyebar ilmu pengetahuan dan memerangi kejahilan. Islah juga menghapus bid’ah dan khurafat yang memasuki agama dan mengukuhkan akidah tauhid. Dengan ini manusia akan benar-benar menjadi hamba Allah Swt yang menyembah-Nya. Masyarakat Islam juga menjadi masyarakat yang memandu kearah keadilan dan persamaan. Terdapat gugatan bahwa hamba saleh tidak hanya merujuk kepada kaselahan ukhrawi, tetapi kesalehan sosial. Istilah islah dalam sosial merupakan kebaikan religius individu dimana tidak hanya berhubungan dengan Allah tetapi juga merupakan implementasi interaksi dengan sesama. Salah satu argumen islah dibangun berdasarkan hadis nabi muhammad Saw, yang dikemukakan oleh al-Farabi dan Ibn Abi Hatim yang bersumber dari Mahan, ia berkata bahwa pada suatu waktu datang menghadap kepada Rasulallah Saw. Orang-orang yang berkata “Kami mengerjakan dosa-dosa yang besar”. Rasulallah Saw tidak memberikan jawaban apapun sampai kemudian tururn ayat ini, yang menjelaskan bahwa taubat orang-orang yang bertaubat dosa tanpa pengetahuan, kemudian taubat itu diikuti dengan berbuat baik akan diterima oleh Allah Swt. Pemahaman islah dalam hadist ini ialah mengadakan perbaikan terhadap jiwa dan aktivitasnya, sedikitnya perbaikan yang menjadikan segala yang rusak atau keliru kembali ke keadaan semula, maka kejahatannya akan terhapus karena sesungguhnya Allah Swt maha pengampun bahkan akan menganugerahkan kepadanya rahmat karena Dia pengampun lagi maha penyayang. Islah adalah kekayaan yang mahal. Hal itu dapat merubah manusia agar berubah dan terciptanya keharmonisan. Para sahabat Rasulullah merupakan salah satu contoh yang gigih dalam memperjuangkan ke-islahan memperbaiki segala sesuatu disegala tempat demi terciptanya kedamaian karena takut semakin parah, apakah yang dimaksud dengan orang yang menegakkan ke-ishlahan seperti itu? tak jarang mereka meninggalkan anak dan istrinya tanpa memberikan nafkah. Hal seperti ini tidak senafas dengan ajaran Islam yang mengajarkan hidup seimbang antara dunia dan akhirat, sebagaimana Allah telah berfirman “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari kenikmatan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” QS. al-Qashash77. Ayat ini secara tegas menyebutkan bahwa kita harus menggunakan kenikmatan dunia untuk mendapatkan kebahagiaan akhirat. Carilah dunia dan gunakan untuk mendekatkan diri pada-Nya. Sayyid Qutthub mengatakan bahwa proses penyucian hati dalam rangka mencapai kebahagian yang hakiki, tidak bisa lepas dari realitas kehidupan. Kekuatan spiritual yang dibenturkan dengan dunia nyata adalah lebih utama, lebih kokoh daripada kesucian hati yang berada di dalam kehidupan. Sehingga orang yang menegakkan ke-islahan bukanlah yang melarikan diri dari tantangan kehidupan dengan alasan menjaga JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 163 hati. Tetapi mereka adalah yang terjun dalam gelanggan kehidupan dengan selalu menjaga ketetapan yang diberikan. Allah Swt. B. Metode Penulis dalam menafsirkan ayat ini dengan menggunakan metode maudhui, yaitu metode yang membahas beberapa ayat al-Qur’an mengenai suatu judul/tema tertentu, dengan memperhatikan urutan tertib turunnya masing-masing ayat, sesuai dengan sebab-sebab turunnya yang dijelaskan dengan berbagai macam keterangan dari segala seginya dan dibandingkannya dengan keterangan berbagai ilmu pengetahuan yang benar yang membahas topik/tema yang sama, sehingga lebih mempermudah dan memperjelas masalah, karena al-Qur’an banyak mengandung berbagai macam tema pembahasan yang perlu dibahas secara maudhu’i, supaya pembahasannya bisa lebih tuntas dan lebih sempurna. Metode maudhu’i ini sementara waktu dianggap paling baik dan sesuai dengan tuntutan zaman. Pembahasannya yang menyeluruh dari berbagai segi memungkinkan metode ini dalam pemecahan masalahnya berusaha tuntas. Zhafirah & Zainuddin, 2022 Menurut Dr. H. M. Sa’ad Ibrahim, metode ini dilakukan dengan berbagai langkah, yaitu; Merumuskan tema dan sub topik bahasan, Menghimpun ayat-ayat yang setema dan relevan dengan tema, Menghimpun Hadits Nabi SAW. yang setema dan relevan dengan tema, Menghimpun tafsir ayat-ayat tersebut, Menghimpun syarah Penjelasan Hadits, Menghimpun teori-teori ilmiah, Mengorganisir tema berdasarkan tema dan sub topik. Adapun dalam menafsirkan ayat ini penulis menggunakan tafsir bi al-Ma’tsur dan juga tafsir bil ra’yi. Tafsir bi al-Ma’tsur adalah penafsiran ayat alquran dilakukan penafsiran ayat dengan ayat, ayat dengan hadis, ayat dengan riwayat sahabat dan ayat dengan riwayat tabi'in. Tafsir bil al-Ma'tsur disebut juga tafsir riwayah atau tafsir manqul yaitu tafsir al-Quran yang dalam penafsiran ayat-ayat al-Quran berdasarkan atas sumber penafsiran dalam al-Quran dari riwayat para sahabat dan dari riwayat para tabi’in. Defenisi Tasir bil al-Matsur dalam buku mana’ul Qaththanlah “Tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan al-Qur’an dengan al-Qur’an. al-Qur’an dengan sunnah karena ia berfungsi sebagai penjelas Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang dianggap paling mengetahui Kitabullah, atau dengan perkataan tokoh-tokoh besar tabi’in karena mereka pada umumnya menerimanya dari para sahabat”. Tafsir bi al-Ma’tsur adalah tafsir yang didasarkan pada riwayat yang sahih baik dengan penafsiran al-Qur'an dengan al-Qur’an, hadis Nabi yang berfungsi sebagai penjelas al-Qur'an, riwayat sahabat karena mereka orang yang paling banyak mengetahui tentang al-Qur'an atau pendapat tabi’in senior karena mayoritas mereka menerima penafsiran al-Qur'an dari sahabat. Sedangkan Tafsir bi al-Ra’yi adalah penafsiran al-Qur’an yang didasarkan pada pendapat pribadi mufassir. Secara etimologi, ra’yi berarti keyakinan I’tiqad, analogi Qiyas dan Ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad. Dengan demikian, tafsir bi al-Ra’yi disebut juga tafsir bi al-Dirayah sebagaimana didefinisikan Husein Adz Dzahabi adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah dahulu Zainuddin Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis 164 mengetahui bahasa arab serta metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan, serta problema penafsiran seperti asbabun nuzul, nasikh mansukh, dan sebagainya. Sedangkan menurut al-Farmawi adalah menafsirkan al-Qur’an dengan ijtihad setelah terlebih dahulu mengetahui kosa kata bahasa arab ketika digunakan berbicara beserta muatan-muatan artinya. C. Pembahasan 1. Jumlah Islah Dalam Al-Quran Dalam al-Qur’an, terdapat sedikitnya sepuluh ayat yang berkenaan dengan Islah perdamaian, yaitu QS. 4 62,90,91,114,128, QS. 8 61, QS. 28 19, QS. 49 9,10, QS. 47 35. Untuk memahami dan mengetahui petunjuk al-Qur’an seperti permasalahan islah perdamaian, harus dipahami historisnya, sehingga tidak hanya melihat makna teksnya, tetapi juga harus memahami latar belakang turunnya ayat-ayat al-Qur’an. 2. Makna Islah Secara istilah, Islah adalah upaya yang dilakukan untuk menghilangkan terjadinya kerusakan, dan perpecahan antara manusia dan melakukan perbaikan dalam kehidupan manusia sehingga tercipta kondisi yang aman, damai, dan sejahtera dalam kehidupan masyarakat. Karena itu, dalam terminologi Islam secara global, Islah dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang ingin membawa perubahan dari keadaan yang buruk menjadi keadaan sebaliknya. Islah juga didefinisikan suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih yang tujuannya untuk menyelesaikan perselisihan di antara mereka yang berselisih atau yang ahli juga banyak memaparkan makna islah seperti al-Zamakhsyari dalam tafsirnya berpendapat, bahwa kata Islah mempunyai arti mengkondisikan sesuatu pada keadaan yang lurus dan mengembalikan fungsinya untuk dimanfaatkan. M. Quraish Shihab juga ikut mendefinisikan bahwa Islah jangan dipahami dalam arti mendamaikan antara dua orang atau lebih yang berselisih. Akan tetapi, kata tersebut harus dipahami sesuai dengan makna semantiknya dengan memperhatikan penggunaan al-Qur’an terhadapnya. Menurutnya ada dua bentuk yang digunakan al-Qur’an, pertama Ishlah merupakan satu bentuk kata yang selalu membutuhkan obyek, dan kedua shalah, yang digunakan dalam bentuk kata sifat. Sehingga salah dapat diartikan sebagai terhimpunnya sejumlah nilai tertentu pada sesuatu, sehingga ia dapat bermanfaat berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan kehadirannya. Apabila pada sesuatu ada satu nilai yang tidak menyertainya sehingga tujuan dimaksud tidak tercapai, maka manusia dan dituntut untuk menghadirkan nilai tersebut padanya, dan apa yang dilakukannya dinamai Ishlah. Dalam artikelnya John OVoll menjelaskan “Pembaharuan dan Perubahan dalam Islam”, mengemukakan bahwa dua dari pengertian-pengertian utama dalam kosa kata Islam tentang kebangkitan adalah kata Islah dan Tajdid. Ishlah biasa diterjemahkan sebagai perubahan dan tajdid sebagai pembaharuan. Secara bersama-sama kedua kata tersebut mencerminkan suatu tradisi yang berlanjut, yaitu tentang upaya menghidupkan kembali keimanan Islam beserta praktek-prakteknya dalam sejarah komunitas kaum muslimin. Dari keseluruhan definisi yang menjelaskan Islah di atas, maka jelas bahwa makna Islah digunakan tidaklah terperinci dan juga memaknai ke segala penjuru aspek. Dalam al-Qur’an contohnya, kata Islah digunakan dalam semua aspek, mulai dari kehidupan individu, JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 165 sosial seperti bertobat, perbaikan diri, hubungan keluarga, hubungan kemasyarakatan dan hubungan dengan Allah SWT. Secara hakikat Islah memiliki tujuan untuk memperbaiki kondisi umat Islam yang telah dilanggar dari ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad dengan cara menyeru umat Islam untuk kembali ke tingkat awal di bawah kepemimpinan dan bimbingan dari Rasulullah Saw. Islah tidak bermaksud memperbaiki keagamaan hingga mengikuti jaman, melainkan manusia itu sendiri yang harus berubah agar sesuai dengan ajaran Islam yang didasarkan pada al-Qur’an dan Sunah Nabi Muhammad Saw. Seorang yang menyeru kepada islah harus menyadari bahwa dirinya bukan hanya sebagai manusia, tapi juga sebagai hamba Allah. Ia sadar, sebagai manusia tentu memiliki kekurangan. Namun ia berusaha agar kekurangannya itu bisa diminimalisir dan tidak merugikan orang lain. Sebaliknya, dengan kemampuan dan kelebihan yang dimilikinya, ia berupaya memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain dan lingkungannya. Ia pun sadar bahwa hidup ini hanya sementara. Baik-buruk perilakunya selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah Swt kelak di hari kiamat. Inilah orang yang menegakkan islah yang barangkali dimaksudkan Allah dalam firman-Nya, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mereka akan ditempatkan bersama dengan orang-orang yang Allah anugerahi nikmat, yaitu para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh. Mereka adalah sebaik-baik teman.” QS. An-Nisa 69. 3. Ayat dan hadis QS. Al-Hujurat9 Artinya Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Ada beberapa riwayat tentang sebab turunya ayat ini. Pertama, diriwayatkan oleh al-Syaikhan dari Anas, bahwa Rasulallah diminta mengunjungi Ibnu Ubay. Ketika Rasullah sampai di suatu tempat yang bernama Sabikhan, keledai yang di kendarai Rasul kencing, melihat itu, Ibnu Ubay berkata “Jauhkan keledaimu dariku, sesungguhnya baunya menyakitiku.” Salah Seorang sahabat yaitu Ibnu Rawahah “Sesungguhnya baumu lebih busuk dari bau keledai ini.” Maka salah seorang pengikut Ibnu Ubay membalas sehingga terjadi adu mulut yang akirnya menimbulkan perang dengan menggunaan tangan dan sandal. Maka turunlah ayat ini sebagai perintah untuk menghentikan perkelahian dan menciptakan perdamaian. Kedua, menurut dari Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim dari al-Sudi, dia berkata “Umran, salah seorang dari kalangan anshar mempunyai istri bernama Ummu Zaid. Istrinya ingin menjenguk keluarganya tetapi tidak diizinkan oleh Umran, bahkan ia menyekap istrinya. Kemudian istrinya mengutus seorang perempuan pembantunya untuk melapor perihalnya kepada keluarganya. Maka datanglah keluarga Ummu Zaid, menuntut agar ia Zainuddin Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis 166 dibebaskan. Tetapi Umran mempertahankannya. Maka terjadilah dorong-mendorong dan pertengkaran antar suami dan istri itu disertai oleh kaumnya masing-masing. Maka turunlah ayat ini kepada Rasulallah untuk mendamaikannya. al-An’aam 54 Artinya Dan apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami datang kepadamu, maka katakanlah, "Salamun alaikum selamat sejahtera untuk kamu." Tuhanmu telah menetapkan sifat kasih sayang pada diri-Nya, yaitu barang-siapa berbuat kejahatan di antara kamu karena kebodohan, kemudian dia bertobat setelah itu dan memperbaiki diri, maka Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sebab turunnya surat al-An’am ayat 54 di atas ada kaitannya dengan ayat ayat sebelumnya 51, 52, 53 yang menerangkan tentang larangan kepada kaum mukminin untuk mengadakan penilaian martabat terhadap sesama manusia. Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa pembesar Quraish lewat di hadapan Rasulullah Saw yang sedang duduk bersama Khabab bin al-Arat, Suhaib, Bilal, dan Ammar mereka adalah para hamba sahaya yang sudah dimerdekakan. Mereka berkata “Hai Muhammad, apabila engkau rela duduk setingkat dengan mereka, adakah mereka itu telah diberi nikmat oleh Allah lebih dari kami. Sekiranya engkau usir mereka, kami akan menjadi pengikutmu”. Maka Allah menurunkan ayat 51 sampai 55 sebagai ketegasan tentang larangan kaum muslimin untuk mengadakan penilaian derajat seseorang demikian pula membeda-bedakan kedudukan, nasab keturunan dan pangkat dalam pergaulan. Sebab Allah Swt lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur Allah yang paling mulia adalah orang-orang yang bertaqwa. Riwayat lain dikemukakan bahwa Utbah bin Rabi’ah, Syaibah bin Rabi’ah, Muth’im bin Adi dan al-Harits bin Naufal dari kalangan pembesar-pembesar kafir Bani Abdi Manaf datang kepada Abu Thalib dan berkata “Jika saudaramu Muhammad mengusir budak, kami akan merasa lebih bangga, dan kami akan lebih taat dan setia kepadanya”. Adapun budak itu ialah Bilal dan Ammar bin Yasir, Salim maula Abu Hudzaifah, Shalih maula Usaid, Ibnu Mas’ud, al-Miqdad bin Abdillah, Waqid bin Abdullah al-Hanzhali dan teman-temannya. Lalu Abu Thalib menyampaikan hal itu kepada Nabi Muhammad Saw. Maka berkatalah Umar bin Khattab “Sekiranya tuan melaksanakan permintaan mereka, kita lihat nanti apa yang sebenarnya mereka inginkan”. Maka Allah menurunkan ayat ini 6 51 s/d 53 yang memerintahkan Nabi Muhammad untuk menyampaikan wahyu yang melarang mengusir orang yang beribadah kepada Allah Swt, dan melarang menilai derajat seseorang, karena sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur kepadaNya. Setelah itu umar meminta maaf karena ucapannya itu dan turunlah ayat selanjutnya yaitu al-An’am 6 54 sebagai jaminan ampunan kepada orang-orang yang bertaubat akibat berbuat kesalahan karena ketidak tahuannya. 14 Riwayat lain yang dikemukakan oleh al-Farabi dan Ibn Abi Hatim yang bersumber dari Mahan, ia berkata bahwa pada suatu waktu datang menghadap kepada Rasulullah Saw. Orang-orang yang berkata “Kami mengerjakan dosa-dosa yang besar”. Rasulullah Saw tidak memberikan jawaban apapun sampai kemudian turun ayat ini, yang menjelaskan bahwa taubat orang-orang yang bertaubat dosa tanpa pengetahuan, kemudian taubat itu JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 167 diikuti dengan berbuat baik akan diterima oleh Allah Swt. 15 Islah yang terkandung dalam ayat ini ialah dengan mengadakan perbaikan terhadap jiwa dan aktivitasnya, sedikitnya perbaikan yang menjadikan segala yang rusak atau keliru kembali ke keadaan semula, maka kejahatannya akan terhapus karena sesungguhnya Allah Swt maha pengampun bahkan akan menganugerahkan kepadanya rahmat karena Dia pengampun lagi maha penyayang. QS. An-Nisa' Ayat 35 Artinya Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya juru damai itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-istri itu. Sungguh, Allah Maha Teliti, Maha turunnya surat al-Nisa ayat 35 di atas masih berkaitan dengan ayat sebelumnya QS 4 34 yang menerangkan tentang perselisihan antara suami dan istri. Diriwayatkan oleh Ibn Abi Hatim dari Hasan bahwa pada suatu waktu datanglah seorang wanita menghadap Rasulullah untuk mengadu masalahnya, bahwa mukanya ditampar oleh suaminya. Rasulullah Saw bersabda “Suamimu itu harus diqishash dibalas”. Sehubungan dengan sabda itu, maka turunlah ayat 34 dan 35 yang dengan tegas memberikan ketentuan, bahwa bagi laki-laki ada hak untuk mendidik istrinya yang melakukan penyelewengan terhadap haknya selaku istri. Setelah mendengar keterangan ayat ini, wanita itu pulang dengan tidak menuntut qishash terhadap suaminya yang telah menampar mukanya. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Mardawaih dan Ali bin Abi Thalib bahwa suatu waktu datang seorang laki-laki dari kalangan sahabat anshar menghadap Rasulullah bersama istrinya. Istrinya mengadu kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah suamiku ini telah memukul mukaku seingga terdapat bekas luka”. Rasulullah bersabda “Suamimu tidak hak untuk melakukan demikian, dia harus di qishash”. Sehubungan dengan itu maka diturunkanlah ayat 34 dan 35 dari surat al-Nisa sebagai ketegasan hukum, bahwa seorang suami berhak untuk mendidik istrinya. Dengan demikian hukum qishash yang hendak dijatuhkan Rasulallah menjadi gugur, tidak dilaksanakan. Ayat tersebut membahas tentang istilah dalam perkara syiqaq merupakan perselisihan yang berawal dan terjadi pada dua belah pihak suami dan istri secara bersama-sama. Untuk mengatasi kemelut rumah tangga yang meruncing antara suami istri itu, meskipun diduga tidak akan dapat di atasi. Al-Qur’an memerintahkan agar diutus dua orang hakam juru damai. Pengutusan hakam ini dimaksudkan untuk menelusuri sebab-sebab terjadinya syiqaq dan berusaha mencari jalan keluar guna memberikan penyelesaian terhadap kemelut rumah tangga yang dihadapi oleh kedua suami istri tersebut. Qs. Al-Anfal1 Zainuddin Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis 168 Artinya Mereka menanyakan kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang. Katakanlah "Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman." Diriwayatkan oleh Abu Dawud, al-Nasai, Ibnu Hibban dan al-Hakim dari Ibnu Abbas bahwa Nabi Saw bersabda “Barang siapa yang membunuh musuh, ia akan mendapat sejumlah bagian tertentu, dan barang siapa yang menawan musuh, ia pun akan mendapat bagian”. Pada waktu itu orang-orang tua tinggal menjaga bendera, sedang para pemuda maju kemedan jihad menyerbu musuh dan mengangkut ghanimah. Berkatalah orang-orang tua kepada pemuda “Jadikanlah kami sekutu kalian, karena kami pun turut bertahan dan menjaga tempat kembali kalian”. Hal ini mereka tujukan kepada Nabi turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa ghanimah itu merupakan ketetapan Allah dan jangan menjadi pertengkaran. Diriwayatkan pula dari Ahmad dari Sa’ad bin Abi Waqas, ia berkata, “Pada waktu perang badar, saudaraku terbunuh, maka sebagai pembalasannya aku membunuh Sa’id ibnu al-Ash, dan aku ambil pedangnya yang kemudian kubawa menghadap Nabi Saw. Beliau bersabda “Gabungkan pedang itu ke dalam barang-barang rampasan perang.” Aku pun kembali dengan dengan membawa kesedihan yang tidak terkira akibat terbunuhnya saudaraku dan diambilnya barang rampasanku. Belum jauh aku berjalan, telah turun surah al-Anfal. Maka Nabi Saw bersabda, “Pergilah ambil pedangmu!” Ayat ini menguraikan kisah dan sifat sebagian mereka yang didekatkan Allah ke sisi-Nya. Mereka adalah pejuang muslim yang berhasil mengalahkan kaum musyrikin dalam perang badar. Setelah selesai peperangan itu dengan hasil gemilang dan perolehan rampasan cukup banyak, mereka tidak tahu cara dan kadar pembagiannya. Bahkan diantara mereka ada yang bertengkar dan berselisih menyangkut hal tersebut, maka mereka, yakni pasukan perang menanyakan kepada Rasulullah Saw mengenai pembagian harta rampasan. Kemudian Rasulullah membagi harta rampasan sesuai dengan dengan petunjuk-Nya dan menyeru kepada mereka untuk meng-Islah memperbaiki hubungan yang dapat mengeruhkan kemesraan di antara sesama kamu yang diakibatkan oleh pertikaian tentang kepemilikan harta rampasan perang. 4. Islah dalam Sejarah Islam a. Masa Nabi Muhammad saw Sejarah peradaban Islam mencatat beberapa peristiwa penting dalam perkembangannya yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat, khususnya dalam membuat perjanjian damai dengan pihak luar Islam maupun mendamaikan antar pihak tertentu dalam Islam yang sedang bertikai. Pada tahun ke-10 dan ke-11 kenabian, tepatnya setelah isra’ dan mi’raj, Rasulullah berhasil mendamaikan dua suku Arab utama Yatsrib yang selalu bertikai yaitu Aus dan Khazraj. Peristiwa ini menjadi titik tolak hijrah Rasulullah dari Mekah ke Yatsrib yang kemudian berubah nama menjadi Madinah. Kemudian setelah sampai di Madinah Rasulullah mengadakan damai dengan beberapa kabilah di Madinah dan sekitarnya. JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 169 Rasulullah bersama dengan kaum muslimin melakukan perjalanan ibadah haji ke Mekah pada tahun 6 H / 628 M. Untuk menghilangkan kecurigaan dari kaum kafir Quraisy, kaum muslimin dilarang untuk membawa senjata kecuali binatang korban dan pedang untuk memotong, di samping itu juga kaum muslimin diperintahkan hanya mengenakan pakaian ihram. Cara ini dilakukan untuk menghilangkan kecurigaan dari kaum kafir Qurasiy, dengan menyakinkan mereka akan maksud damai dari umat Islam. Berita tentang perjalanan Nabi dan kaum muslimin yang akan melaksanakan ibadah haji tersebut sampai ke telinga kafir Quraisy dan segera menyiapkan pasukannya dibawah panglima Khalid bin Walid guna merintangi kaum muslimin dari maksud dan tujuannya. Sementara itu rombongan dari Madinah di bawah pimpinan Rasulullah sampai di salah satu daerah di Usfan, Nabi bertemu dengan salah seorang dari suku Ka’ab dan berhasil memperoleh informasi bahwa kaum kafir Quraisy telah menyiapkan pasukan untuk menghadang. Mereka bersumpah bahwa Nabi Muhammad dan kaum muslimin tidak boleh memasuki kota Mekah. Hingga akhirnya diadakan perjanjian damai antara kaum muslimin dan kafir Quraisy yang dinamakan perjanjian Hudaibiyah, yang isinya antara lain. Pertama, Kaum muslim harus kembali ke Madinah, mengurungkan niatnya untuk berhaji, dan di persilahkan kembali pada tahun depan. Kedua, untuk tahun depan kaum muslimin hanya diperkenankan memasuki ota Mekah selama tiga hari saja. Ketiga, siapapun dari suku Arab yang ingin mengadakan persekutuan dengan Nabi Muhammad ataupun pihak kafir Quraisy harus diperbolehkan. Keempat, gencatan senjata antara kafir Quraisy dan muslim selama 10 tahun. Kelima, kaum muslimin wajib mengembalikan orang Mekah yang melarikan diri ke Madinah. Sebaliknya, kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang kembali ke Mekah. Kesediaan orang-orang mekah untuk berunding dan membuat perjanjian dengan kaum muslimin merupakan kemenangan yang besar bagi umat adanya perjanjian itu ada harapan untuk mengambil alih Ka’bah dan menguasai Mekah semakin terbuka. b. Masa Khulafaurrasyidin Perjanjian damai rupanya tidak hanya dilakukan oleh Rasulullah Saw pada masanya, melainkan terus dilanjutkan kegenerasi sesudahnya yaitu Khulafaurrasyidin tepatnya pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib. Perjanjian damai dilakukan melalui proses tahkim arbitrase antara khalifah Ali dengan Muawiyah bin Abi Sofyan dalam perang shiffin yang terjadi pada tahun 36 H. Perang Shiffin terjadi akibat terbunuhnya Utsman bin Affan yang menyebabkan keluarga dan kabilah Utsman menuntut qishash bagi para pemberontak. Perbedaan pendapat khalifah Ali dan Muawiyah mengenai masalah qishash pembunuh Utsman akhirnya membawa kedua belah pihak dalam kancah peperangan. Ali bin Abi Thalib yang tidak menginginkan terjadinya peperangan sesama muslim, berusaha mengadakan pendekatan dengan mengirim sebuah surat untuk Mu’awiyah yang isinya mengajak pada ketaatan untuk berbai’at kepadanya. Akan tetapi Muawiyah dan pengikutnya Zainuddin Islah dalam Pemahaman Qur’an Hadis 170 tetap menuntut qishash bagi pembunuh Utsman baru kemudian berbai’at kepada khalifah Ali bin Abi Thalib. Sikap Muawiyah yang tetap bersikeras menuntut darah Utsman yang telah dibunuh secara zalim memaksa khalifah Ali menindak tegas yaitu dengan cara berperang. Kedua pasukan bertemu dan saling berhadapan di tempat yang bernama Shiffin dekat dengan sungai Eufrat sebelah timur wilayah Syam. Peristiwa itu terjadi sebulan penuh pada bulan Dzulhijjah. Ketika peperangan hampir dimenangkan oleh pasukan Ali bin Abi Thalib, pada saat itulah pasukan Muawiyah mengangkat mushaf untuk berdamai. Khalifah Ali menerima atas kehendaknya sendiri bukan karena paksaan dari pihak luar. Keputusan Ali berdasarkan ketentuan-ketentuan Islam yang menyeru mendamaikan antara dua pihak yang bermusuhan serta kembali kepada al-Qur’an ketika terjadi pertentangan dan perselisihan. Akan tetapi tidak semua pendukung Ali setuju dengan perjanjian damai ini. Kelompok yang menentang akhirnya memisahkan diri dari Ali, yang selanjutnya disebut khawarij, mereka itu adalah al-Asy’ary ibn Qais al-Kindi, Mas’ari ibn Fudaki al-Tamami, dan Zaid ibn Husain al-Thai. Golongan khawarij telah mengambil sikap keras dan secara terang-terangan melakukan pengingkaran kepada Ali, serta menganggapnya kafir. Akhirnya tampaklah bahwa yang paling baik adalah yang ditetapkan oleh Rasulullah Saw, yaitu berdamai. Khalifah Ali bin Abi Thalib berkata, kalian tidak menggunakan pikiran. Aku tidak gegabah bertindak sebagaimana akupun tidak gegabah bertindak dalam peristiwa Hudaibiyah ketika itu aku tidak membangkang keputusan Rasulullah. Pada hari itupun aku bertindak demi kemashlahatan umat Islam. D. Penutup Secara garis besar term atau lafadz iṣlāḥ dalam al-quran memiliki pengertian perdamaian dengan berbagai variannya sesuai konteks pembicaraan atau permasalahan yang dibicarakan masing masing ayat terkait dengan iṣlāḥ. Namun demikian, penulis menyimpulkan iṣlāḥ dalam al-qur’an secara garis besarnya sebagai berikut a. Kata aṣliḥū terambil dari kata aṣlaḥa yang asalnya adalah ṣaluḥa sebagai antonim dari kata fasada rusak dan ṣaluḥa berarti tiadanya atau terhentinya kerusakan atau diraihnya manfaat, sedangkan iṣlāḥ adalah upaya menghentikan kerusakan atau meningkatnya kualitas sesuatu sehingga manfaatnya lebih banyak. b. Iṣlāḥ dimaknai perdamaian dalam konteks konflik yakni, perintah mendamaikan dua orang yang berkonflik harus dengan cara yang adil dan tidak memihak salah satu pihak yang berkonflik. c. Iṣlāḥ juga digunakan al-quran dalam kaitannya untuk mendamaikan rumah tangga sehingga terhindar dari konflik keluarga, sosial, dan bangsa. d. Iṣlāḥ dimaknai upaya menciptakan perdamaian dengan mencegah terjadinya konflik sehingga kedua belah pihak tidak terlibat perselisihan, termasuk di dalamnya mengupayakan mencari solusi yang bisa menguntungkan kedua pihak yang hendak berkonflik, serta mempererat ukhuwah islamiyah. JURNAL ILMIAH AL MU’ASHIRAH Media Kajian Al-Qur’an dan Al-Hadits Multi Perspektif Vol. 19, No. 2, Juli 2022 171 Daftar Pustaka Aam Aminuddin, Bedah Masalah Konteporer I. Kazanah Intelektual. Bandung Ahmad Salabi, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Jilid I, Jakarta Pustaka al-Husna, 1987 A. Mudjab Malmi, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Quran, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2002 Al-hafidz Ibnu Katsir, Tartib Wa Tahdzib Kitab Al-Bidayah Wa an-Nihaya, terj. Abu Ihsan Al-Atsari Jakarta Darul Haq, 2012 Basuni faudah, Tafsir-Tafsir al-Qur’an Bandung Pustaka Mizan, 1987. Choirul Fuad Yusuf, Kamus Istilah Keagamaan, Jakarta Puslitbang Lektur, 2014 Ikrom Shaliadi, “Khawarij Arti, Asal-Usul, Firqoh-Firqoh, dan Pendapatnya” Jurnal Islamuna, Volume, 2. No, 1, Juni 2015 John O. Voll, Pembaharuan dan Perubahan dalam Sejarah Islam Dalam bukunya John L. Esposito ed Dinamika Kebangunan Islam, terj. Bakri Siregar Jakarta Rajawali Press, 1987, cet. I Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung PT Mizan Pustaka, 1994 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian, Jakarta Lentera Hati, 2002 Zhafirah, N., & Zainuddin, Z. 2022. Peran Sikap Nabi Ya’qub Dalam mengembangkan Karakter Anak Perspektif Al-Qur’an. Tafse Journal Of Qur’anic Studies, 71, 61–67. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this ZhafirahZainuddin ZainuddinThe role and attitude of an ideal father is as the Qur'an describes through the dialogue between the Prophet Ya'qub and his children. A father must be able to develop the character of his children with an educational role and attitude. The reality of today's society is contrary to the concept of the Qur'an, the father who is expected to become an educator is actually a figure who damages the image of the child through several cases of incest relationships. Therefore, this article discusses the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of his children, its impact and the actualization of the role and attitude of Prophet Ya'qub in developing the character of children in the present. This article is literature research using the maudhu'i method. The data were analyzed descriptively and analytically. This article shows that first, in developing the character of the child, the Prophet Ya'qub was able to act as an open, loving, caring, listening and protecting communicator for his children and as avoidance of conflicts in the family. Secondly, the impact of the role and attitude of the Prophet Ya'qub towards his children was the formation of a positive character, his children dared to admit his mistakes in the past. Third, The actualization of Ya'qub's role and attitude can be done by reflecting on Ya'qub. A father is able to establish close and familiar communication with children and is able to establish a patient and forgiving attitude towards his children. Peran dan sikap seorang ayah ideal adalah sebagaimana yang digambarkan al-Qur`an melalui dialog antara Nabi Ya’qub dengan anak-anaknya. Seorang ayah harus mampu mengembangkan karakter anak-anaknya dengan peran dan sikap yang mendidik. Realita masyarakat zaman sekarang bertolak belakang dengan konsep al-Qur`an, ayah yang diharap menjadi pendidik justru menjadi sosok yang merusak citra anak melalui beberapa kasus hubungan incest. Oleh karena itu, Artikel ini membahas peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anaknya, dampaknya dan aktualisasi peran dan sikap Nabi Ya’qub dalam mengembangkan karakter anak-anak pada masa sekarang. Artikel ini merupakan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode maudhu’i. Data dianalisis secara deskriptif analitis. Artikel ini menunjukkan bahwa dalam mengembangkan karakter anak, Nabi Ya’qub mampu berperan sebagai penjalin komunikasi yang terbuka, pengasih, penyayang, pendengar dan pelindung bagi anak-anaknya serta sebagai penghindar dari terjadi konflik di dalam keluarga. Dampak peran dan sikap Nabi Ya’qub terhadap anak-anaknya terbentuknya karakter positif, anak-anaknya berani mengakui kesalahan-kesalahannya di masa lalu. Aktualisasi peran dan sikap Ya’qub dapat dilakukan dengan bercermin pada Ya’qub, ia mampu menjalin komunikasi yang dekat dan akrab dengan anak-anak dan mampu membangun sikap sabar dan pemaaf terhadap anak-anaknya.
Al-islah dalam bahasa Arab berarti memperbaiki, mendamaikan dan menghilangkan sengketa atau kerusakan. Berusaha menciptakan perdamaian, membawa keharmonisan, menganjurkan orang untuk berdamai antara satu dan lainnya, melakukan perbuatan baik berperilaku sebagai orang suci baik adalah bentuk-bentuk dari yang beragam itu berasal dari makna islah yang disebut dalam Alquran, yaitu dalam Surah Al-Baqarah ayat 220 dan 228, di Surah An-Nisa’ ayat 35 dan 113, Surah Hud ayat 87, serta Surah Al-A'raf ayat 55 dan dalam bentuk perintah, kata ini disebutkan lima kali, di dalam Surah Al-A'raf ayat 142, Al-Anfal ayat 1, Al-Hujurat ayat 9 dua kali, dan dalam ayat 10. Dalam bahasa Arab modern, istilah ini digunakan untuk pengertian pembaruan tajdid. Islah merupakan kewajiban bagi umat Islam, baik secara personal maupun sosial. Penekanan islah ini lebih terfokus pada hubungan antara sesama umat manusia dalam rangka pemenuhan kewajiban kepada Allah lingkup islah ini sangat luas, mencakup aspek-aspek kehidupan manusia baik pribadi maupun sosial. Dalam hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Abu Dawud, At-Tirmizi, Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Ibnu Hibban, dijelaskan bahwa islah yang dilarang adalah menghalalkan yang diharamkan Allah SWT atau mengharamkan yang antara islah yang diperintahkan Allah SWT adalah dalam masalah rumah tangga. Untuk mengatasi kemelut dan sengketa dalam rumah tangga, dalam surah An-Nisa’ ayat 35 Allah SWT memerintahkan untuk mengutus pihak ketiga hakam dari pihak suami dan istri untuk mendamaikan mereka. sumber Ensiklopedi Hukum Islam
islah adalah dan contohnya